SAGUSABLOG LANJUTAN 41 Tahun 2020

Satu Guru Satu Blog (SAGUSABLOK) merupakan salah satu kanal kegiatan yang dilaksanakan Ikatan Guru Indonesia (IGI) yang terdiri atas dua tahapan yaitu Sagusablog Dasa dan Sagusablok Lanjutan.

Workshop SAGUTUMANG

Pembukaan Kegiatan Workshop SAGUTUMANG (Satu Guru Satu Pembelajaran Anroid Yang Menyenangkan) Oleh Asisten 2 bersama Kadis Pendidikan Kabupaten Seram Bagian Barat, yang diselenggarakan oleh IGI Maluku,.

Karakteristik SD Negeri 2 Katapang

Upacara Memperingati Hari-hari Besar Nasional untuk meningkatkan rasa Nasionalisme dan Patriotisme siswa dalam mengisi Kemerdekaan

SELAMAT DATANG DI BLOG GURU KEREN

Minggu, 06 November 2022

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 

Penulis        : RUSTANI SOUMENA, S.Pd.I

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salam dan Bahagia…

Perkenalkan nama saya Rustani Soumena, S.Pd.I Saya adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 7 dari SD Negeri 2 Katapang Kecamatan Huamual, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku.

Pada kesempatan ini saya akan membuat kesimpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang dipelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Pada Modul 1.1. Mengawali tulisan ini ijinkan saya untuk menguraikan latar belakang munculnya filosofi pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai cikal bakal Pendidikan di Indonesia.

LATAR BELAKANG BERDIRINYA LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Munculnya gagasan pendidikan yang di cetuskan oleh KHD dilatar belakangi oleh penerapan pendidikan para kolonialisme yang penuh diskriminatif dan keberpihakan pemerinta kolonial untuk mendidik ras, etnis dan suku-suku tertentu demi kepentingan dan tujuan yang akan mereka capai. Dari suasana dan kondisi tersebut yang menjadi cikal bakal lahirnya Taman Siswa / Perguruan Nasional Taman Siswa (Lembaga Pendidikan Pertama di Indonesia) pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Oleh Bapak Ki Hadjar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia).

Taman Siswa didirika dengan semboyan “ Ing ngarso song tulodo, Ing Madya Mangunkarso, Tut Wuri Handayani. Semboyan inilah di kenal sebagai Trilogi Pendidikan. Ing ngarso song tulodo artinya guru harus bisa menjadi teladan yang baik dalam berpakain, perkataan dan perbuatan. Ing Madya Mangunkarso artinya Guru selalu berada ditengah tengah untuk membangun dan memberikan ide-ide bersama siswa supaya mereka memiliki stimulus untuk membangun idenya. Tut Wuri Handayani artinya guru bisa memberikan dukungan dan dorongan supaya siswa percaya diri dan mampu menuangkan idenya. Semboyan inilah yang sampai sekarang menjadi slogan dari Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

 

1.  Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Sebelum saya mempelajari Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, pandangan saya sangat berbeda jauh tentang banyak hal baik itu tentang penerapan pembelajaran di kelas maupun pembinaan dan pembentukan karakter anak saat melakukan pembelajaran. Pandangan saya sabagai guru sebelum mempelajari Modul 1.1 yaitu :

a.    Makna Pendidikan sama dengan Pengajaran, yakni tempat atau lingkungan untuk siswa belajar dan mendapatkan ilmu pengetahuan, baik oleh guru disekolah atau oleh Ustazd pada TPQ/TPA.

b.    Guru adalah sumber utama dalam mentransfer ilmu pengetahuan, karena tanpa guru siswa tidak memahami isi materi yang ada pada buku pelajaran.

Saat guru menyampaikan materi pelajaran siswa dituntut untuk harus fokus ke depan, semua siswa fokus pada guru yang sedang menyampaikan materi, siswa dipaksakan untuk harus betul-betul perhatikan dan tidak mengganggu konsentrasi teman lain yang sedang belajar.

c.     Cara untuk merubah perilaku siswa adalah dengan memberikan hukuman/sangksi tujuannya agar siswa jera dan dan tidak mengulagi lagi kesalahannya, setelah memberikan hukuman siswa tersebut didekati dan diberikan nasehat agar dia menjadi lebih baik.

d.    Pengukuran tingkat keberhasilan guru dilihat pada hasil tes Sisiwa yang mendapatkan nilai rata-rata di atas KKM, jika siswa mendapatkan nilai di bawah KKM berarti guru belum berhasil, itu artinya siswa belum memahami materi  dan perlu guru mengulangi kembali materi yang belum mengerti agar siswa bisa mencapai nilai sesuai KKM atau dilakukan remedial dan pemgayaan.

e.    Pemberian tugas (PR) disetiap akhir pelajaran dengan tujuan agar siswa bisa mengurangi waktu bermain dan fokus untuk belajar di rumah yakni membuat PR dengan bimbingan orang tuanya,

 

 

2.   Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?

Perubahan dari pemahaman, pemikiran atau perilaku saya, tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, pada modul 1.1. yaitu ;

1.    Makna Pendidikan dan pengajaran ternyata berbeda, tetapi tidak bisa dilepaspisahkan. Menurut KHD, Pengajaran (Onderwijs) adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah Proses pendidikan dalam memberikan ilmu yang berfaedah untuk kecapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) adalah memberikan tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang telah dimiliki oleh anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan adalah tempat persemayan benih-benih kebudayaan, ruang berlatih dan tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan dan diwariskan. Karena untuk mencapai dan menciptkan manusia Indonesia yang berkebudayaan dan berperadaban maka pendidikan adalah pondasinya.

Tujuan Pendidikan menurut KHD yaitu Menuntun segala kudrat yang dimiliki anak agar dia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai seorang manusia, maupun sebagai anggota masyarakat.

Inti dari filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah Perubahan. Dalam hal ini ada 3 kerangka perubahan yakni :

a.    Kodrat Keadaan

Dalam melakukan perubahan kita harus melihat kodrat keadaan yang terbagi 2 yakni kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Kodrat Alam berkaitan dengan lingkungan diamana anak itu berada atau tempati yang penuh dengan nilai-nilai kemanusian (cinta kasih, tolong menolong, tanggungjawab, rela berkorban tenggang rasa dan lain-lain). Sedangkan kodrat Zaman berkaitan dengan perkembangan perubahan dari masa ke masa, dan menghendaki kita untuk membentuk karakter anak yang lebih baik karena zaman yang ada pada kita sekarang tidak akan sama dengan zaman yang akan di hadapi anak-anak kita kedepan, masing-masing zaman memiliki peradaban dan tantangan tersendiri.

b.    Prinsip Melakukan Perubahan, yang terdiri atas 3 Asas yang dikenal dengan istila Asas Trikon yaitu :

Ø  Kontinuitas. Asas ini menghendaki kita untuk harus mempelajari tentang sejarah secara mendalam dan melakukan dialog kritis yang berhubungan dengan akar-akar nilai-nilai budya yang hakiki dalam masyarakat, sehingga untuk menjawab tantangan zaman nilai-nilai kemanusiaan akan tetap terjaga.

Ø  Konvergensi, maksudnya penerapan nilai-nilai pendidikan, untuk memanusiakan manusia dalam memperkuat nilai kemanusiaan, untuk menjadi filter/penyaring budaya-budaya asing yang masuk.

Ø  Konsentris, yakni penerapan pendidikan harus menghargai keragaman dan memberikan kemerdekaan pada peserta didik, karena setiap orang akan mengalami perubahan sesuai nilai-nilai yang ada pada dirinya, oleh karena itu pendidikan harus menghargai keunikan yang ada pada masing-masing orang.

Dari 3 Asas diatas maka kita akan melihat perubahan, yakni perubahan Budi Pekerti

c.     Budi Pekerti.

Budi pekerti ini terdiri dari 2 suku kata yaitu “ Budi dan Pekerti.” Menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa “Budi” itu terdiri atas 3 suku kata yaitu Cipta artinya Pikiran (Kognitif), Rasa artinya Perasaan (Afektif), dan Karsa yang artinya kemauan yang nantinya akan menghasilkan karya (Psikomotor). Sedangkan “Pekerti” artinya daya atau tenaga.

2.    Menurut Filosofi Ki Hadjar Dewantara, bahwa Pendidikan itu harus Holistik dan seimbang, dengan adanya keseimbangan pada pen didikan maka akan terjadi keseimbangan budi pekerti yang akan membawa anak pada kebijaksanaan. Jika kita melasanakan pendidikan secara seimbang atau tumbuhkembang anak secara holistik, maka akan menghasilkan insan-insan yang penuh kebijaksanaan, begitu sebaliknya jika kita melaksanakan pendidikan dengan timpang maka akan menghasilkan generasi yang langka bahkan hampa dengan kebijaksanaan. Karena semua disiplin ilmu harus menuju pada kebijaksanaan.

 

3.      Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

Hal-hal yang akan saya terapkan agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut :

1.    Saya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, agar siswa dapat dengan cepat mengerti dan memahami isi dari materi pelajaran yang saya ajarkan dan siswa tidak bosan, untuk menciptakan suasana kelas yang menyenangkan maka, saya harus sesuaikan dengan karakter siswa yakni belajar sambil bermain, karena bermain adalah kodrak anak SD.

2.    Saya mencoba untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada Siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. Sehingga siswa dalam proses belajar mengajar siswa tidak merasa tertekan dari siapapun.

3.    Saya akan berusaha untuk melakukan perubahan dengan melakukan 3 kerangka perubahan, yang dimulai dari kodrat anak sehingga anak dapat mengenal lingkungannya dan bisa menyesuaikan diri dengan zaman yang dia hadapi, kemudian penerapan 3 Asas Trikon (Kontinuitas, Konvergensi, Konsentris) yang menghendaki pendidik untuk mentrasfer nilai-nilai kemanusian kepada anak sehingga anak dapat menghargai keberagaman nilai dan budaya yang ada diligkungannya dan dapat membetengi dirinya terhadap pengaruh budaya asing yang bersal dari luar.

Dengan melakukan 3 kerangka perubahan tersebut maka akan terjadi perubahan pada Budi Pekerti (watak atau karakter) yakni perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menghasilkan Karya (psikomotor) dengan daya atau tenaga.

 

Sumber :  -  Modul 1.1. Refleksi Filosofis pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara

-  Video Intisari dan interpretasi Filosofis pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara oleh Bapak. Iwan Syahril.

-  Pengalaman Pribadi di lapangan.